Pandangan Ronny Sompie: Pendidikan Bukan Jaminan Kerja, Ini Yang Perlu Diketahui Milenial dan Orang Tua

ARTIKEL, Zonaakurat.com – Sebagian besar masyarakat terutama orang tua, disibukkan oleh persoalan pendidikan anak-anaknya. Kita memahami hal itu, mengapa begitu antusiasnya orang tua dalam hal pendidikan. Dimana, selain alasan untuk mencerdaskan anak, secara pragmatis orang tua berkeyakinan bahwa pendidikan adalah tangga dalam memperoleh kerja dan karir yang bagus.

Namun yang terjadi dewasa ini dengan semakin menumpuknya pengangguran, bahkan banyak dari kalangan terdidik bisa memicu anggapan bahwa pendidikan belum bisa memberikan jaminan yang memadai bagi milenial yang sedang mengeyam pendidikan. Apatis dalam arti ternyata harapan-harapan tentang masa depan cerah pada kenyataannya hanyalah sebuah kiasan.

“Persoalannya sekarang adalah bagaimana sikap masyarakat dalam menghadapi fenomena ini?
Jelas! Masyarakat seyogyanya mengubah cara pandang klasik, bahwa pendidikan adalah sarana untuk mencari pekerjaan. Cara pandang ini, di samping tidak efektif, di kemudian hari hanya akan menjadikan kekecewaan mendalam bila ternyata institusi pendidikan tidak mampu menyediakan lapangan kerja bagi lulusannya,” ujar Irjenpol. Purn. Dr. Ronny Sompie, SH., MH yang saat ini maju sebagai Bacaleg DPR RI Dapil Sulut.

Lanjut dikatakannya, masyarakat mustinya dapat menggantikan tujuan-tujuan dangkal itu menjadi penekanan yang lebih dalam. Yang ideal adalah bahwa pendidikan adalah sarana menimba ilmu, sarana untuk pembentukan aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik anak didik sehingga betul-betul memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan bidang yang dipilihnya.

“Pembentukan karakter yang kuat, sebetulnya adalah pencapaian tujuan yang lebih mulia daripada sekadar mencari kerja. Pendangkalan tujuan pendidikan harus dihentikan oleh sikap masyarakat itu sendiri, di samping sistem pendidikan yang perlu dirubah menyesuaikan dengan peluang kerja masa kini. Sehingga perlu diingat oleh masyarakat bahwa pendidikan bukanlah institusi penyedia lapangan kerja,” jelas Mantan Kapolda Bali yang dikenal bersahaja itu.

Menurut Ronny Sompie, menuntut perubahan sikap masyarakat atas institusi pendidikan tanpa diimbangi perubahan sistem pendidikan yang lebih efektif adalah bukan suatu solusi yang adil. Masyarakat, yang dalam tingkatan tertentu masih meyakini bahwa pendidikan adalah tangga dalam karir, karena itu ukuran baik atau tidak suatu pendidikan di mata masyarakat adalah sejauh mana anak-anak mereka dapat bekerja selepas lulus.

Namun perlu diingat, pendidikan pun memiliki kepentingan agar para alumninya betul-betul terserap dalam dunia kerja secara memadai. Semakin tinggi angka produktivitas para lulusan diterima di dunia kerja, maka reputasi sekolah/pendidikan itu menjadi sangat baik. Karena itulah soal produktivitas, bagi pendidikan tinggi adalah hal yang sangat penting.

Namun bagi Ronny Sompie, asumsi produktifitas yang hanya diukur berdasarkan banyaknya lulusan yang diterima bekerja di perusahaan, maka landasan pemikiran ini sangatlah rapuh. Sehingga, harus diubah cara pandang ini. Setidaknya bagaimana mampu mengurangi keinginan dan dorongan lulusan yang bergantung pada sediaan lowongan kerja.

“Yang paling efektif tentu saja menyarankan anak didik untuk tidak terlalu tergantung menjadi pencari kerja. Namun menyediakan sarana untuk pengembangan minat dan pengetahuan pada bidang kewirausahaan. Ataupun menyediakan kursus-kursus tertentu yang saat ini dibutuhkan oleh dunia kerja. Apalagi dengan melejitnya perkembangan teknologi maka kebutuhan akan SDM semakin menurun. Sebab itu para milenial dan orang tua harus paham dan bisa baca arah peluang kerja disejajarkan dengan dunia pendidikan yang akan diambil nanti,” terang mantan Dirjen Imigrasi Kemenkumham ini.

Baca juga: Pesan Penting Jendral Ronny Sompie di HUT Kota Manado ke-400

Senada, Lutfi Ginanjar anggota HIPMI waktu tatap muka dengan Komisi X DPR RI beberapa waktu lalu pun menyampaikan beberapa hal yang kemudian diunggah dalam akun media sosial. Ia mengatakan generasi muda sekarang useless. Mau cari kerja susah, mau buka usaha susah.

Lutfi membeberkan dirinya lulusan D3 tapi menjadi orang pertama memimpin di Alibaba Chanel Partner di Asean. Dunia kerja saat ini sudah tidak melihat latar belakang pendidikan.

Dirinya direkrut Alibaba bukan karena D3, tetapi karena pernah kursus di tiga negara. Dunia kerja internasional sudah tidak melihat lagi latar belakang pendidikan, tetapi sudah melihat skill yang dimiliki seseorang melalui kursus yang diikutinya.

Perusahaan-perusahaan yang dikembangkan generasi muda sekarang tidak lagi melihat latar belakang pendidikan. Jika 80% mahasiswa Indonesia tidak bekerja sesuai jurusan, adalah tantangan. Sehingga, hal yang harus dipahami sekarang adalah kesenjangan antara suplai dan demand. Sekarang, skill orang belum tentu dihasilkan dari jurusan kuliahnya.

“Pendidikan ke depan, orang tidak akan memperhatikan masuk jurusan apa, tetapi kebutuhannya apa? Kampus dipilih mahasiswa berdasarkan ilmu yang dibutuhkannya ada di kampus. Kampus-kampus di luar negeri sudah mulai mengubah gaya pendidikannya. Mereka sudah menawarkan kursus-kursus sesuai dengan ilmu-ilmu yang dibutuhkan sekarang,” jelas Lutfi.

Pendidikan saat ini harus dikembangkan dengan memperhatikan perubahan zaman, dunia kerja, dan ilmu-ilmu apa yang dibutuhkan. Model pendidikan pun tidak lagi ditawarkan berdasarkan paket-paket kurikulum sebagai syarat untuk mendapatkan gelar, tetapi short course berdasarkan kebutuhan.

Pendidikan sekarang sangat memperhatikan minat dan bakat yang diinginkan mahasiswa di masa sekarang untuk memasuki dunia kerja atau wirausaha.

Kampus sekarang tidak lagi menjadi penjual grosir, tetapi menjadi penjual-penjual ritel ilmu yang langsung bisa diimplementasikan di lapangan.

“Gelar tidak begitu diperdulikan saat ini. Gelar tidak berpengaruh, karena yang dibutuhkan skill tidak peduli pekerja tersebut gelar pendidikan apa. Jadi pendidikan-pendidikan kita harus cepat berubah,” pungkas Lutfi. (ly).