Ronny Sompie Dalam Sorotan: Pengucapan Syukur di Minahasa Utara

Ronny Sompie Dalam Sorotan: Pengucapan Syukur di Minahasa Utara

MINUT, Zonaakurat.com – Di tengah udara pegunungan yang sejuk, Irjen. Pol (Purn) Dr. Ronny Sompie, SH. MH, mengunjungi Desa Pinilih, Minahasa Utara, untuk sebuah acara istimewa. Jou Languju, Ketua Komunitas Ofu Kuning Minahasa Utara, menjamu dengan hangat dalam acara Pengucapan Syukur yang di hadiri oleh warga setempat.

Meskipun terletak di sisi Gunung Klabat yang sama, Desa Pinilih memiliki jarak sekitar 40 menit dari Desa Sukur, asal usul Ronny Sompie. Namun, antusiasme warga Desa Pinilih begitu besar saat menyambut kedatangan Ronny Franky Sompie (atau yang lebih di kenal sebagai RFS), calon legislator DPR RI dari dapil Sulawesi Utara. Banyak yang ingin berjabat tangan dengannya, bahkan meminta berfoto bersama selama acara Pengucapan Syukur. Di perkirakan ada lebih dari 100 warga yang hadir di kediaman Jou Languju untuk merayakan momen ini.

Selain sebagai seorang tokoh masyarakat, Ronny Sompie juga di kenal sebagai seorang pegiat budaya Sulawesi Utara yang berdedikasi. Tak heran jika RFS telah di percayakan sebagai Ketua Umum DPP Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) dan berperan besar dalam menyatukan dua aliran organisasi diaspora tersebut. Dengan penyatuan ini, RFS kemudian menduduki posisi Ketua Dewan Pembina DPP KKK, sementara Angelica Tengker menjadi Ketua Umum DPP KKK.

Selama ini, Irjen Ronny Sompie aktif menghadiri berbagai kegiatan budaya dan telah terlibat dalam berbagai organisasi yang berfokus pada kebudayaan Sulawesi Utara.

Baca juga: Ronny Sompie: Peresmian Kantor Kosgoro Sulut Ialah Langkah Maju Penguatan Organisasi

Tradisi Unik: Pengucapan Syukur ala Warga Sulawesi Utara

Pengucapan Syukur yang berlangsung di Minahasa memiliki nuansa khas yang mirip dengan perayaan Thanksgiving di luar negeri. Hal ini identik dengan kunjungan sosial atau yang lebih dikenal sebagai “pasiar” dalam bahasa Manado. Tradisi ini melibatkan kunjungan ke rumah sanak saudara, sahabat, bahkan rekan kerja.

Tradisi ini berakar pada masa lalu ketika masyarakat Minahasa banyak yang menjadi petani. Setelah panen, mereka melakukan tradisi “foso rumege um banua”. Atau pengucapan syukur kepada Opo Empung Wailan Wangko, roh nenek moyang mereka.

Ronny Sompie dalam sorotan pengucapan syukur di Mihanasa Utara memaparkan bahwa tradisi ini menjadi wadah untuk bersyukur bersama. Dimana mensyukuri atas hasil panen yang melimpah, kesuburan tanah, cuaca yang baik, dan kesehatan yang prima, sehingga mereka dapat bekerja di sawah atau ladang dengan lancar.

Seiring berjalannya waktu, tradisi ini telah mengalami transformasi. Saat agama Kristen di perkenalkan, tradisi ini mengalami perubahan bentuk, dengan seleksi elemen-elemen yang sesuai dengan nilai-nilai baru.

Meskipun beberapa kontroversi mungkin muncul, dengan sebagian menganggapnya sebagai budaya pemborosan dan gaya hidup hedonistik, bagi Ronny Sompie, pengucapan syukur adalah cara untuk berbagi berkat. Seperti yang selalu di ucapkannya, “Ta bae torang samua,” yang berarti “Mari kita berbagi bersama-sama”. (ly).